Aku
membiarkan angin lembut menyapu wajah dan membalai halus rambut yang kubiarkan
tergerai. Tangan kananku sibuk mengaduk Iced Blended Coffee Latte yang sudah kupesan
sejak 3 jam yang lalu. Hari itu sungguh panas. Tak heran jika Coffee Shop ini
muai penuh dengan tamu-tamu yang ingin mendinginkan diri dari cuaca di luar
karena tempat Coffee Shop ini yang memang nyaman dan dingin karena AC.
Tangan
kiriku masih dipegang olehnya. Seseorang yang baru saja menyatakan cintanya
padaku beberapa puluh menit yang lalu. Matanya yang bulat bening itu seolah
menyoroti kebenaran isi hati dan perasaanya,
“Kamu
yakin atas perasaanmu itu?” tanyaku sambil perlahan menarik tanganku. Tetapi
gagal. Laki-laki itu semakin erat menggenggam tanganku.
“Apa
perlu aku membelah dada seperti yang dilakukan di iklan permen itu? Aku serius,
Put” katanya. Tanganku di genggamnya semakin erat.
“Aku
Cuma penjaga kafe ini, Tra. Kamu mahasisa yag bisa kuliah dengan beasiswa,
prestasimu cemerlang. Kamu masih yakin melabuhkan hatimu padaku? Di luar sana
masih banyak perempuan yang jauh lebih baik dari aku yang mau ngantri buat
dapetin kamu loh” jelasku. Kemudian menyesap Iced Blended Coffee Latte yang sudah
tidak terlalu dingin itu.
“Lalu?
Kamu takut aku nikung?” tanya Putra. Matanya membulat lucu.
“Bukan.
Hanya saja kamu tahu lah, nggak ada ceritanya seorang mahasiswa berprestasi
cemerlang pacaran sama seorang barista yang berending bahagia” kataku melemah.
“Kalo
gitu, kita yang buat ceritanya lah, Put” katanya santai. Ah dia selalu bisa
membantahku
“Aku
bukan penulis. Begitupun kamu. Kamu itu hanya mahasiswa desain grafis. Bukan
mahasiswa sastra” tukasku
“Anggap
saja cerita ini sudah ditulis, Put”
“Oleh
siapa?”
“Tuhan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar