Jumat, 11 April 2014

Baiklah Tuhan, Aku Kalah :')



Aku berdiri di depan ruangan berpintu cokelat tua sejak 2 jam yang lalu. Mataku tertutup rapat, tanganku tertelungkup dan kurapatkan di depan dada. Keringat dingin sebesar biji jagung menetes dari peluh, lututku bergetar lembut. Hanya dari sekilas melihat, orang akan tahu bahwa aku sedang gugup.
Di balik pintu itu, ada seorang lelaki dengan jas almamater berwarna biru tua yang membalut kemeja putih di dalamnya yang rapi dengan celana kain hitam dan kacamata berbingkai tipis yang dengan sangat baik menghias wajahnya. Seseorang yang telah mengisi hatiku selama 4 tahun yang lalu. Seseorang yang menjadi alasan untukku tersenyum setiap harinya. Tapi mungkin alasanku untuk tetap tersenyum setiap harinya sudah tidak lagi sama sejak 1 tahun yang lalu.
KREK. Pintu coklat khas pintu kampus ini terbuka perlahan. Seorang lelaki yang ditaksir berumur 50-tahunan dengan baju kotak-kotak, disusul dengan seseorang berbaju batik dan rambut yang disanggul keluar dari ruangan dingin itu
“Presentasi sidang yang bagus sekali” kata seorang wanita paruh baya, berkerudung coklat tua, dengan baju kemeja yang ditutupi oleh blazer berwarna khaki yang baru saja keluar dari ruangan dingin itu sambil tersenyum ke arahku
Aku melepaskan nafas panjang dan segera berjalan cepat ke koridor di seberang ruangan tempat aku berdiri sejak tadi yang dibatasi oleh pintu dorong. Aku melihat Rafli keluar dari ruangan dingin itu. Lelaki yang dulu pernah mengisi hatiku, sebelum aku bertemu dengan Reza, seorang suami dan ayah dari calon bayiku ini.
“Om Rafli berhasil, sayang” kataku perlahan, sambil mengelus perutku yang mulai membesar karena ada janin yang tumbuh di perutku ini.
Aku melihat Rafli yang masih di luar ruangan dengan wajah lega. Tetapi gesture tubuh ‘celingukan’ terlihat seperti sedang mencari-cari seseorang. Ingin rasanya aku kesana. Kembali menatap matanya, menjabat tangannya dan memberinya ucapan selamat. Tapi keinginanku kutahan. Setelah aku melihat seorang perempuan berkerudung merah yang menghampirinya, memeluknya erat dan mengucap selamat untuknya
Mataku panas, hatiku perih, dadaku sesak, lututku mulai lemas. Sekuat tenaga aku membendung banjir yang mulai memenuhi pelupuk mataku. Tapi kemudian aku tersenyum dan beranjak dari tempatku berdiri.
Baiklah Tuhan, aku kalah!

Rabu, 02 April 2014

Tulisan Tuhan :')



            Aku membiarkan angin lembut menyapu wajah dan membalai halus rambut yang kubiarkan tergerai. Tangan kananku sibuk mengaduk Iced Blended Coffee Latte yang sudah kupesan sejak 3 jam yang lalu. Hari itu sungguh panas. Tak heran jika Coffee Shop ini muai penuh dengan tamu-tamu yang ingin mendinginkan diri dari cuaca di luar karena tempat Coffee Shop ini yang memang nyaman dan dingin karena AC.
            Tangan kiriku masih dipegang olehnya. Seseorang yang baru saja menyatakan cintanya padaku beberapa puluh menit yang lalu. Matanya yang bulat bening itu seolah menyoroti kebenaran isi hati dan perasaanya,
            “Kamu yakin atas perasaanmu itu?” tanyaku sambil perlahan menarik tanganku. Tetapi gagal. Laki-laki itu semakin erat menggenggam tanganku.
            “Apa perlu aku membelah dada seperti yang dilakukan di iklan permen itu? Aku serius, Put” katanya. Tanganku di genggamnya semakin erat.
            “Aku Cuma penjaga kafe ini, Tra. Kamu mahasisa yag bisa kuliah dengan beasiswa, prestasimu cemerlang. Kamu masih yakin melabuhkan hatimu padaku? Di luar sana masih banyak perempuan yang jauh lebih baik dari aku yang mau ngantri buat dapetin kamu loh” jelasku. Kemudian menyesap Iced Blended Coffee Latte yang sudah tidak terlalu dingin itu.
            “Lalu? Kamu takut aku nikung?” tanya Putra. Matanya membulat lucu.
            “Bukan. Hanya saja kamu tahu lah, nggak ada ceritanya seorang mahasiswa berprestasi cemerlang pacaran sama seorang barista yang berending bahagia” kataku melemah.
            “Kalo gitu, kita yang buat ceritanya lah, Put” katanya santai. Ah dia selalu bisa membantahku
            “Aku bukan penulis. Begitupun kamu. Kamu itu hanya mahasiswa desain grafis. Bukan mahasiswa sastra” tukasku
            “Anggap saja cerita ini sudah ditulis, Put”
            “Oleh siapa?”
            “Tuhan”

Selasa, 01 April 2014

Selamat Ulang Tahun, Ayah :)



Ayah dengarlah, betapa sesungguhnya ku mencintaimu,
Kan ku buktikan, ku mampu penuhi maumu



Selamat ulang tahun, Ayah
Selamat ulang tahun
Semoga Ayah selalu diberi perlindungan oleh Allah SW
Semoga Ayah selalu diberikan kesehatan yang berlimpah
Rezeki yang halal dan barokah
Serta kebahagiaan yang selalu mengelilingi.
Selamat ulang tahun, Ayah.

Ayah,
Sesosok lelaki yang memiliki badan yang tegap
Dengan penampakan yang tegas
Dipertegas dengan caranya bersikap dalam mendidik Putra-Putrinya

Ayah,
Sesosok Pria yang memiliki jangkauan pemikiran yang sangat baik
Jauh lebih baik daripada seorang insinyur sekalipun
Mempertaruhkan hidupnya untuk menghidupi keluarganya
Merelakan kesehatannya demi kebahagiaan keluarganya

Ayah,
Sesosok Pria yang selalu mengajarkan semangat di setiap langkah yang diambil
Selalu mengajarkan arti perjuangan hidup di setiap keringat yang menetes
Selalu mengajarkan bagaimana untuk bersikap tegas dalam mengambil setiap keputusan

Ayah,
Engkau bukan ibu yang mengajarkan kesabaran
Bukan ibu yang bisa memasakkan masakan yang lezat
Atau menyisir rambut hingga rapi.

Tapi engkau tetap Ayah,
Yang akan tetap menggenggam tangan anakmu,
Yang akan tetap merengkuh bahu Putrimu
Disaat putrimu beranjak dewasa
Dan pula, di saat tanganmu sudah mulai keriput

Terimakasih ayah,
Cintamu, sayangmu dan pengorbananmu
Akan berusaha ku balas walau tak berimbang
Dengan menjadi Putri yang bisa selalu membuatmu tersenyum

Putri,
Putri-mu yang selalu ingin kau genggam tangannya
Walau usia mulai memakan tanganmu hingga keriput
:’)


[SKINCARE REVIEW] Skincare Clarice Clinic to the Rescue

Hai semuuaaaa   Assalamualaikum   Eh kebalik ya, harusnya salam dlu   Assalamualaikum   Hai semuaaaa   Gini harusnya S...