Minggu, 23 Maret 2014

End

            Aku merebahkan tubuhku begitu saja di atas kasur yang masih rapi. Dominasi warna biru pastel kamar ini yang selalu bisa membuatku tenang. Jujur, banyak hal yang perlu kupikirkan dan aku merasa otakku sangat penuh. Andai saja di dunia ini ada sebuah toko yang menjual otak dengan berbagai kapasitas seperti menjual flash disk, mungkin aku akan membelinya dengan kapasitas terbesar, agar aku bisa menampung semua hal di otakku dan tidak merasa terlalu berat
            Masih sangat ku ingat bagaimana Aldo menggandeng tangan itu, memeluk pinggang itu, bersandar di pundak itu dan tersenyum pada orang itu. Bukan tanganku, bukan pinggangku, bukan pundakku dan bukan padaku. Bukan, semua bukan padaku. Tapi pada wanita itu, sesosok wanita dengan tinggi tubuh tak jauh dariku, paras tak jauh lebih cantik dariku dan otak yang tidak jauh lebih baik dariku. Jelas dia bukan orang baik-baik. Mana mungkin ada wanita baik-baik yang merelakan dirinya di gandeng, di peluk atau diperlakukan yang manis oleh laki-laki yang sudah memiliki wanita lain
            Aku mengangkat telepon genggamku, menekan tombol satu, mencoba menghubungi orang yang saat ini, mungkin saat dulu, adalah orang yang menempati urutan pertama di hatiku. Aldo.
            “Halo?” suara dari seberang sana. Tersambung
            “Kamu, dimana?” tanyaku sedikit terbata.
            “Oh, aku baru saja selesai mengajar kelas malam, sayang. Capek sekali. Ada apa?” tanyanya. Bohong. Jelas aku tahu itu. Bukan karena aku telah melihatnya bersama wanita lain di Mall itu, tapi nada suaranya, aku sangat bisa mengenali nada suaranya yang sedikit gugup
            “Kita putus” kataku dengan sangat tegas, mata tertutup dan tangan kiri yang mengepal. Mengeluarkan energi seluruh jiwa dan raga. Mengeluarkan keberanian untuk menyudahi hubungan yang tidak sehat ini
            “Sayang, kamu bicara apa?” tanya nya dengan pertanyaan khas laki-laki yang kaget setengah mati karena di putus pacarnya. Entah kaget karena kalah mencuri start untuk mengatakan putus atau kaget dalam arti sebenarnya
            “Wanita dengan kaos kuning, celana jeans dan wedges putih berambut panjang sepinggang sepertinya bisa menggantikan posisiku di hatimu? Menggandeng tangannya, memeluk pinggangnya, bersandar di pundaknya, tersenyum padanya. Bukan hanya aku, munngkin orang-orang di mall yang lebih objektif pengelihatannya daripada aku, akan melihat pancaran ‘hubungan yang lebih dari teman’ dari bahasa tubuh kalian. We are end, Aldo. Terimakasih buat satu tahun lebih dua bulan ini” KLIK. Aku menekan tombol ‘end call’. Dan mengganti profil telepon genggamku pada mode silent. Aku sedang tidak ingin di ganggu. Biar saja malam ini aku ditemani oleh beribu-ribu butir air mata yang aku tumpahkan. Biar saja aku mencoba menutup semua kenangan selama satu tahun ini dengan semua rasa sakit dan nyeri yang melanda di hati. Karena kenyataan hanya satu, aku dan Aldo sudah berakhir, itu keputusanku yang mungkin akan di hiasi dengan beberapa belas bahkan puluhan panggilan tak terjawab dan sms yang tak berbalas darinya. Karena hatiku tidak bisa dipermainkan.dan rasaku padamu sudah benar-benar berakhir. End

[SKINCARE REVIEW] Skincare Clarice Clinic to the Rescue

Hai semuuaaaa   Assalamualaikum   Eh kebalik ya, harusnya salam dlu   Assalamualaikum   Hai semuaaaa   Gini harusnya S...